Di sebelah timur Pulau Madura terdapat pulau tempat tinggal teman saya (he he he), yaitu Pulau Sapudi. Termasuk dalam administratif Kabupaten Sumenep, saya belum tahu banyak tentang pulau ini, kecuali Pantai Talun yang pernah saya post gambarnya. (dhanzsity, foto oleh SB)
Kamis, 25 November 2010
Rabu, 10 November 2010
Pantai Papuma, Jember
Papuma sebenarnya merupakan akronim dari Pantai Pasir Putih Malikan (saya malah mengira kepanjangannya merupakan kata-kata administratif). Pantaiini terletak di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Tepatnya di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan atau dapat ditempuh dengan jarak lebih kurang 45 Km dari Kota Jember.
Dilihat dari gambar di atas, panorama pantai terlihat seperti objek yang unik dan spesial—dengan bentuk teluk dan batu besar di pojoknya, membuat pantai ini mirip pintu masuk sebuah kerajaan (iya gak sih? He he he). Pantai ini memiliki pasir putih yang lembut dan suhu udara, yang membuat para wisman gemar berjemur di sini. Ohya, jangan lewatkan juga satwa-satwa unik yang ada di Papuma: biawak, ayam hutan, babi hutan, rusa, landak, trenggiling, dan lain-lain. Pastinya ada masakan khas pantai—ikan bakar—yang dapat dinikmati.
Ada fasilitas standar yang cukup di pantai ini, seperti area parkir, tempat istirahat, warung makan, warung suvenir, playground, mushalla, MCK, dan sarana standar yang lain. Harga tiket sangat OK, untuk ukuran pantai semenakjubkan ini. Untuk dewasa, cukup tiga ribu rupiah dan dua ribu rupiah untuk anak-anak. (dhanzsity dan sumber, foto oleh IHR)Minggu, 07 November 2010
Minggu, 31 Oktober 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Minggu, 26 September 2010
Over the World: Pantai Teleng
Terletak tidak jauh dari pusat kota, tepatnya ke arah barat, pantai paling popular di Pacitan ini membentang bagi siapa pun yang mencintai pantai. Pantai ini dapat dikunjungi dari berbagai sisi karenan memang banyak jalan masuk yang tersedia.
Terdapat paket menari di pantai ini. Play ground, sarana keluarga, toilet, panggung, happy bay, Bay Watch yang siap sedia, Pasar Ikan, Pasar Oleh-oleh dan pakaian, dan banyak lagi. Jadi tidak perlu khawatir akan makan dan berpakaian apa. Hm….
Ketika musim libur tiba, terutama Idul Fitri, pengunjung akan benar-benar membludak di sini; baik dari Pacitan sendiri ataupun dari luar Pacitan dan luar negeri.
Sebagian besar wilayah pantai ini, termasuk gerbang utama, dikontrak oleh El John (pengelola kawasan wisata terkemuka di Indonesia). Sehingga beberapa tahun terakhir fasilitas pantai diperlengkap dan distabilkan. Tunggu apalagi. Belum ke Pacitan kalau tidak mengunjungi Pantai Teleng Ria. (dhanzsity, foto udara Google Earth).
Over the World: Pantai Bentar, Probolinggo
Pantai utara identik dengan Jalur Pantura atau Jalur Pantai Utara yang berlumpur. Hal tersebut tidak mengurangi pesona wisata yang dibangun di tempat ini. Apalagi, baru-baru ini ada hiu tutul yang dijadikan ikon di pantai ini. Di sekitar lokasi terdapat playground untuk anak-anak, kedai makanan (tidak buka ketika saya ke sana, mungkin karena sudah sore), area beristirahat, standar wisata, dan yang lain—tentu saja jambatan kayu menjadi jalan menarik di pantai ini.
Sore hari merupakan saat di mana air masih terlihat surut. Hal yang menguntungkan bagi para nelayan pencari kerang. Dan bagi kita yang ingin melihat pesona matahari terbenam yang cahayanya berbayang di pantai yang surut. Aktivitas makhluk laut terlihat di kaki jembatan kecil ini. Bagus untuk penelitian ekologi. Nah, dengan udara yang cukup nyaman dan suasana yang menyenangkan tak terasa ada ‘nyanyian lapar’ di perut. Hm, bisa mendatangi warung di sekitar atau mengikuti saya di Rumah Makan SK. Nyammy. NB: Pantai Bentar merupakan lokasi saya ketika mengikuti KKL I. (dhanzsity)
Over the World: Pantai Utara dan Bakau
Terletak di Kecamatan Nguling, kawanan bakau muda ini berjejer sebagai bibit cadangan untuk Beach Guard. Pantai di dekatnya memiliki ciri khas pantai utara Jawa yang berlumpur. Dan memang dominan bakau di sisi pantai daripada tanaman nyiur yang biasa ada di daerah pantai berpasir.
Perahu nelayan yang sedang melabuh, menandakan adanya aktifitas para nelayan. Produksi ekonomi kelautan di sekitar pantai ini memang cukup bagus. Para penduduk sekitar ada yang memproduksi ikan asin/garing (favorit saya, haha).
Meskipun kurang menarik untuk dijadikan kawasan wisata, pantai ini memiliki nilai pendidikan kelingkungan yang baik tentang konservasi pantai. (dhanzsity)
Minggu, 29 Agustus 2010
Banyu Biru, Pasuruan
Banyu Biru merupakan kolam renang alam yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Memiliki jarak tempuh 15 km atau 30 menit wakyu tempuh dari kota Pasuruan. Pembentuk utama kolam renang ini adalah Telaga Wilis. Warna airnya jernih kebiru-biruan, karena berasal dari sumber air yang dalam. Terdiri atas satu kolam renang untuk dewasa, satu kolam renang untuk anak-anak, serta 2 kolam renang asli; tempat ikan Sengkaring. Di kolam ikan tersebut terdapat ikan Sengkaring yang memiliki panjang 115 cm dan lebar 30 cm. Hwaw, so big!!!
Kawasan wisata ini dilengkapi dengan taman bermain, panggung, lapangan tenis, stan pameran, kolam pancingan, kamar mandi, kamar ganti,toko oleh-oleh khas, dan alat daur ulang air.
Pada akhir pekan, terutama hari Jumat ada banyak pengunjung yang datang, karena ada mitos bahwa kolam renang tersebut dapat memberikan aura awet muda bagi para penggunanya. Sejarah. (dhanzsity dari berbagai sumber, foto oleh A.S. dan S.M.)
Banyu Anget: New Features, Old Post (Telat)
Pada kunjungan Januari 2010 ada fitur baru di Banyu Anget Tirta Husada, Kecamatan Arjosari. Solution Pre-Aqua (SPA). Belum pernah masuk sih, tapi tarif per jam per orang cukup Rp 10.000,00. Hmmm, boleh dicoba!!!
Selasa, 24 Agustus 2010
Mahameru: Java Highest
Perjalanan dimulai dari Pos Pendakian dan Perijinan yang ada di Ranu Pane. Rute dapat ditempuh melewati Ranu Pane – Watu Rajeng – Ranu Kumbolo – Tanjakan Cinta – Cemoro Kandang – Kali Mati – Arcopodo – Cemoro Tunggal – Mahameru. Mulai dari Ranu Pane tersebutlah perjalanan dilakukan dengan cara berjalan kaki. Dari Tumpang ke Ranu Pane dapat ditempuh dengan motor atau bagi yang menginginkan kenyamanan penuh dapat menyewa Jeep untuk pulang pergi, seharga Rp 400.000,00.
Ada dua danau menarik di sekitar Semeru: Ranu Pane dan Ranu Kumolo. Di Ranu Pane banyak pengunjung dan penduduk lokal yang memancing, karena dahulunya pernah ditabur benih ikan di danau tersebut. Lebih ke atas lagi, Ranu Kumolo. Di sekitar danau ini digunakan untuk berkemah bagi para pengunjung yang istirahat atau melihat puncak saja dari bawah, karena masih 7 jam lagi untuk sampai ke puncak.
Di puncaklah ketegangan dan kemenangan dicapai. Tiap 15 menit puncak Semeru akan mengeluarkan asap mengepul dan bunyi gelegar yang menakjubkan. Rasa bahagia dan syukur pasti akan meledak-ledak.
Nah, pencapaian yang membanggakan tersebut dilakukan melewati padang rumput yang keren, jalan yang menantang, dan Tanjakan Cinta yang wow! Jika beruntung dengan waktu dan kondisi, dapat dilihat Ranu Pane Nampak seperti terbelah oleh sinar matahari terbit.
(dhanzsity dari sumbangan oleh A.S.)
Selasa, 27 Juli 2010
Di Balik Tragedi Pantai Klayar
Di balik tenggelamnya dua benda-tidak-gratis di Pantai Klayar, terdapat scenery yang benar-benar membuat saya kagum, kagum, dan kagum. Betapa tidak, miniatur dan sebagian kecil bentukan Grand Canyon ada di sini. Sama-sama menakjubkan dan sama-sama dipengaruhi oleh air. Kemiripannya ada pada batuan yang menjulang seperti menara dengan tanda khas bekas gesekan tenaga air laut (ombak) di sisi-sisinya. Kalau dianalogikan, seperti tiang-tiang istana yang mengelilingi sebuah aula.
Satu lagi, jika beruntung laut sedang surut (maksudnya, tahu kapan waktu surut), dapat disaksikan semburan air yang benar-benar unik. Sedikit mirip geyser lah. Menyembur dari dalam celah karang. Menyembur kira-kira satu meter ke atas. Semburan ini saya perkirakan diakibatkan oleh adanya tenaga dari ombak yang cukup kuat dari bawah karang. Kemudian air yang terdorong bergerak menuju celah yang ada, yaitu ke atas. Karena celahnya sempit, maka air yang keluar berupa titik-titik air seperti embun atau kabut.
Ada lebih dari satu semburan dan banyak lokasi bagus di pantai ini. Tetapi semuanya memang harus disesuaikan dengan waktu dan kondisi. Ya, menunggu ombak jinak. (dhanzsity foto oleh A.S.W.)Parodi Monumen Jenderal Sudirman yang Tragis
Saya pernah mengunjungi monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman pada tahun 2007, sebelum diresmikan sebagai Tempat Wisata Bertaraf Internasional oleh Presiden SBY pada tahun 2008. Tidak mengira dan menyangka ada berita heboh tentang pelelangan monumen tersebut. Jadi tertarik untuk menulisnya. Gambar ke dua merupakan monumen yang terletak di Tumpak Rinjing, Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (yang ini tidak dilelang). Dan gambar ke pertama-lah patung yang dilelang.
Monumen setinggi 8 meter ini berdiri di atas lahan seluas 10,7 hektare, Bukit Gandrung, Desa Pakisbaru, Nawangan, Pacitan, Jawa Timur (dengan ketinggian 900 meter dpl). Monumen perunggu ini digagas dan dibangun dengan biaya sendiri oleh Roto Suwarno. Roto Suwarno adalah anak buah Jenderal Sudirman semasa bergerilya. Sehingga Roto Suwarno merupakan ahli waris dari tempat bersejarah tersebut. Dengan bantuan seniman patung Saptoto dan kontraktor PT. PP, jadilah monumen historis ini berdiri megah.
Pengunjung kawasan wisata bersejarah ini cukup tinggi untuk ukuran tempat wisata bersejarah di Pacitan. Setiap harinya mampu mencapai jumlah pengunjung rata-rata 250 orang, dan pada saat Lebaran mampu meraih pengunjung sebesar 5.965 orang. Ckckck…. Pengunjung berbondong-bondong datang menggunakan bus atau truk, yang biasa berasal dari Wonogiri, Ponorogo, Madiun, Trenggalek, dan Malang serta—tentu saja—masyarakat lokal.
Tapi sayang, berita buruk menyeruak akhir-akhir ini. Ahli waris menyatakan pelelangan terhadap monumen tersebut plus Rumah Kuno yang digunakan Jenderal pada tahun 1949 pada masa pendudukan Jepang. Dengan media online berupa blog, paket dilelang dengan harga awal Rp 40 miliar. Berita lelang diterbitkan dalam 6 bahasa.
Tentu saja dan tentu saja, Pemerintah Kabupaten Pacitan tidak menyetujui pelelangan tersebut. Melanggar aturan, menurut pemkab dan masyarakat. Entah apa sebab pasti pelelangan tersebut. Mungkin karena tidak ada biaya karcis di monumen tersebut, sehingga tidak membuahkan income, hehehe. Menurut kabar, pemkab juga mau mengganti paket lelang dengan Rp 4 miliar, tapi angka tersebut kan sepersepuluh harga penawaran…. Kurang…. Bandingkan dengan negara Malaysia dan Italia yang desas-sesusnya menawar dengan harga Rp 50 miliar.
(dari berbagai sumber oleh dhanzsity, foto oleh C.D.N. dan A.S.)
Ruang Kristal di Gua Gong
Kesekian kalinya masuk ke dalam Gua Gong di Kecamatan Punung selalu ada hal-hal yang ternyata baru saya ketahui. Pertama, ternyata variasi stalagtit dan stalagmit di dalamnya sangat banyak. Ada yang mirip tirai besar, atau mirip jamur, rumah tawon, tiang bangunan, dan sedikit yang mirip batuan di dataran luar. Ke dua, ada Ruang Kristal di dalam Gua Gong. Sebenarnya tidak berbentuk ruangan tetapi berupa jalur untuk para pengunjung yang ada dinding dan atapnya. Nah, di dinding dan atap tersebutlah terdapat bahan yang memunculkan nama Ruang Kristal. Ada batu berkelap-kelip mirip watu lintang atau kuarsa. Gosipnya, di gua memang sering ditemukan keunikan seperti ini, sama halnya dengan temuan di Gua Luweng Jaran. Sebenarnya apa, belum diketahui dengan pasti.
Pastinya, atmosfer di dalam Gua Gong terasa lengket. Apalagi pada besi di dalam gua, sangat lengket. Kata teman saya yang ahli gua, hal tersebut disebabkan oleh kelembaban udara yang cukup tinggi dengan ventilasi yang tidak merata. Adanya bahan kapur yang ada dalam bermacam wujud pastinya juga mempengaruhi.
(dhanzsity, ditulis berdasarkan perjalanan bersama S.M. dan A.S.++)Selasa, 13 Juli 2010
Sabtu, 03 Juli 2010
Luweng Jaran: Extended
Jalan masuk ke Luweng Jaran cukup sempit dengan suhu yang lembab, memiliki lebar ± 2 m dan panjang 14,2 m. Dari jalan masuk, kami langsung menuruni lorong vertikal dengan kedalaman 14,8 m. Bentuk lorong vertikal ini tidak lurus sepenuhnya namun sedikit miring dengan rekahan-rekahan batu yang dapat membantu caver menuruninya (sebagai pijakan). Lorong ini berakhir di dasar (pitch) horizontal yang dapat memuat 10 orang. Dasar lorong itu bersambung dengan lorong utama menuju pitch 2 yang harus di turuni dengan kedalaman ± 15,3 m.
Lorong vertikal selanjutnya langsung menuju ke bawah, pada dindingnya ada celuwekan, sehingga tidak ada rekahan-rekahan batu seperti pada pitch 1. Lorong ini terlihat sangat gelap, lebar, dan lembab. Kira-kira kedalamanya mencapai 40 m sesuai sumber dari internet. Sehingga headlamp kami bahkan tidak mampu menjangkau dasar pitch 2, pun dinding gua depan kami. Untungnya, di atas kami dapat melihat pesona berupa stalaktit yang masih berkembang karena masih mengeluarkan air kapurnya. Lorong yang lebar dan gelap ini seolah seperti kubah raksasa menyeramkan di film-film horror.
Dasar pitch 2 ini tersusun atas bongkahan-bongkahan batu seukuran motor hingga sebesar truk. Wah wah wah. Kondisi di dasar sangat luas dan memiliki lorong-lorong yang berpotensi menyesatkan. Di pitch 2 ada 4 lorong, sehingga kami membawa lightstick/tali plastik untuk menandai setiap jalan yang kami lewati dan lorong-lorong yang kami pilih, agar kami selalu melewati jalan seperti sebelumnya. Ornamen di pitch 2 ini terdiri dari stalaktit-stalaktit hidup yang masih mengeluarkan air dan flowstone (batu air). Dari keempat lorong, kami memilih menelusuri lorong sebelah kanan, setelah kami menuruni pitch 2 (tanpa tahu arah karena tidak sempat mengeluarkan kompas).
Lorong pilihan ini berupa lorong horizontal, memiliki panjang ± 50 m. Setelah jarak tersebut terdapat genangan air. Di lorong yang berair ini terdapat banyak ornamen-ornamen yang patah. Lorong ini punya keistimewaan dengan kondisi dasar yang licin, berlumut, dan miskin rekahan sebagai pegangan ketika berajalan. Ornamen yang dapat di jumpai di lorong ini adalah flowstone, gourdyn (kelambu), dan canopy dalam ukuran raksasa (sebagian sudah mengkristal dan berkelap-kelip). Perjalanan hingga sore hari, sehingga kami dapat melihat makhluk lain yang juga tertarik pada Gua Luweng Jaran: sriti (terutama di pitch 1).
Selain kami, sebelumnya ada caver lain yang telah memasuki gua ini, bahkan ada tanda Pala dari Jepang. Dari kelelahan yang didapat dari jarak tempuh, tidak ada kekecewaan karena yang didapatkan melebihinya. Want to be inside again.
Nah seperti itulah sekelumit gambaran mengenai Gua Luweng Jaran. Masih banyak lorong-lorong penuh misteri yang perlu dijelajahi. Tapi para caver sudah mencukupkan tugasnya. Untuk orang-orang lain pastinya harus penasaran, karena ada hal di dalam gua yang membuat gua tersebut dilarang untuk didatangai selama beberapa waktu penelusuran. (W.E.S. dengan suntingan dhanzsity. Terima kasih untuk Mapala Jonggring Salaka UM Caving Division: A.S., A.X. dkk.)