Assalamu'alaikum!

Bagaimana kabarmu hari ini?

Terbarukan, setelah lama vakum....

dhanzsity.blogspot.com adalah blog yang bersifat nirlaba dan independen. Berusaha mempublikasikan objek-objek wisata dengan objektif. Nah, semoga membantu dalam segala kebaikan!!! Thank you!!!

Foto-foto di dalam blog ini sebagian besar adalah foto pribadi yang diambil menggunakan berbagai jenis kamera. Bagi yang menginginkan foto ini dan menggunakannya, harap mencantumkan sumbernya (blog ini). Terima kasih.

(c)2012 Ardhani Aji Saputra

Selasa, 27 Juli 2010

Di Balik Tragedi Pantai Klayar



Di balik tenggelamnya dua benda-tidak-gratis di Pantai Klayar, terdapat scenery yang benar-benar membuat saya kagum, kagum, dan kagum. Betapa tidak, miniatur dan sebagian kecil bentukan Grand Canyon ada di sini. Sama-sama menakjubkan dan sama-sama dipengaruhi oleh air. Kemiripannya ada pada batuan yang menjulang seperti menara dengan tanda khas bekas gesekan tenaga air laut (ombak) di sisi-sisinya. Kalau dianalogikan, seperti tiang-tiang istana yang mengelilingi sebuah aula.

Satu lagi, jika beruntung laut sedang surut (maksudnya, tahu kapan waktu surut), dapat disaksikan semburan air yang benar-benar unik. Sedikit mirip geyser lah. Menyembur dari dalam celah karang. Menyembur kira-kira satu meter ke atas. Semburan ini saya perkirakan diakibatkan oleh adanya tenaga dari ombak yang cukup kuat dari bawah karang. Kemudian air yang terdorong bergerak menuju celah yang ada, yaitu ke atas. Karena celahnya sempit, maka air yang keluar berupa titik-titik air seperti embun atau kabut.

Ada lebih dari satu semburan dan banyak lokasi bagus di pantai ini. Tetapi semuanya memang harus disesuaikan dengan waktu dan kondisi. Ya, menunggu ombak jinak. (dhanzsity foto oleh A.S.W.)

Parodi Monumen Jenderal Sudirman yang Tragis


Saya pernah mengunjungi monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman pada tahun 2007, sebelum diresmikan sebagai Tempat Wisata Bertaraf Internasional oleh Presiden SBY pada tahun 2008. Tidak mengira dan menyangka ada berita heboh tentang pelelangan monumen tersebut. Jadi tertarik untuk menulisnya. Gambar ke dua merupakan monumen yang terletak di Tumpak Rinjing, Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (yang ini tidak dilelang). Dan gambar ke pertama-lah patung yang dilelang.

Monumen setinggi 8 meter ini berdiri di atas lahan seluas 10,7 hektare, Bukit Gandrung, Desa Pakisbaru, Nawangan, Pacitan, Jawa Timur (dengan ketinggian 900 meter dpl). Monumen perunggu ini digagas dan dibangun dengan biaya sendiri oleh Roto Suwarno. Roto Suwarno adalah anak buah Jenderal Sudirman semasa bergerilya. Sehingga Roto Suwarno merupakan ahli waris dari tempat bersejarah tersebut. Dengan bantuan seniman patung Saptoto dan kontraktor PT. PP, jadilah monumen historis ini berdiri megah.

Pengunjung kawasan wisata bersejarah ini cukup tinggi untuk ukuran tempat wisata bersejarah di Pacitan. Setiap harinya mampu mencapai jumlah pengunjung rata-rata 250 orang, dan pada saat Lebaran mampu meraih pengunjung sebesar 5.965 orang. Ckckck…. Pengunjung berbondong-bondong datang menggunakan bus atau truk, yang biasa berasal dari Wonogiri, Ponorogo, Madiun, Trenggalek, dan Malang serta—tentu saja—masyarakat lokal.

Tapi sayang, berita buruk menyeruak akhir-akhir ini. Ahli waris menyatakan pelelangan terhadap monumen tersebut plus Rumah Kuno yang digunakan Jenderal pada tahun 1949 pada masa pendudukan Jepang. Dengan media online berupa blog, paket dilelang dengan harga awal Rp 40 miliar. Berita lelang diterbitkan dalam 6 bahasa.

Tentu saja dan tentu saja, Pemerintah Kabupaten Pacitan tidak menyetujui pelelangan tersebut. Melanggar aturan, menurut pemkab dan masyarakat. Entah apa sebab pasti pelelangan tersebut. Mungkin karena tidak ada biaya karcis di monumen tersebut, sehingga tidak membuahkan income, hehehe. Menurut kabar, pemkab juga mau mengganti paket lelang dengan Rp 4 miliar, tapi angka tersebut kan sepersepuluh harga penawaran…. Kurang…. Bandingkan dengan negara Malaysia dan Italia yang desas-sesusnya menawar dengan harga Rp 50 miliar.

(dari berbagai sumber oleh dhanzsity, foto oleh C.D.N. dan A.S.)

Ruang Kristal di Gua Gong


Kesekian kalinya masuk ke dalam Gua Gong di Kecamatan Punung selalu ada hal-hal yang ternyata baru saya ketahui. Pertama, ternyata variasi stalagtit dan stalagmit di dalamnya sangat banyak. Ada yang mirip tirai besar, atau mirip jamur, rumah tawon, tiang bangunan, dan sedikit yang mirip batuan di dataran luar. Ke dua, ada Ruang Kristal di dalam Gua Gong. Sebenarnya tidak berbentuk ruangan tetapi berupa jalur untuk para pengunjung yang ada dinding dan atapnya. Nah, di dinding dan atap tersebutlah terdapat bahan yang memunculkan nama Ruang Kristal. Ada batu berkelap-kelip mirip watu lintang atau kuarsa. Gosipnya, di gua memang sering ditemukan keunikan seperti ini, sama halnya dengan temuan di Gua Luweng Jaran. Sebenarnya apa, belum diketahui dengan pasti.

Pastinya, atmosfer di dalam Gua Gong terasa lengket. Apalagi pada besi di dalam gua, sangat lengket. Kata teman saya yang ahli gua, hal tersebut disebabkan oleh kelembaban udara yang cukup tinggi dengan ventilasi yang tidak merata. Adanya bahan kapur yang ada dalam bermacam wujud pastinya juga mempengaruhi.

(dhanzsity, ditulis berdasarkan perjalanan bersama S.M. dan A.S.++)

Selasa, 13 Juli 2010

Appearance at Lodenok



Sabtu, 03 Juli 2010

Luweng Jaran: Extended




Jalan masuk ke Luweng Jaran cukup sempit dengan suhu yang lembab, memiliki lebar ± 2 m dan panjang 14,2 m. Dari jalan masuk, kami langsung menuruni lorong vertikal dengan kedalaman 14,8 m. Bentuk lorong vertikal ini tidak lurus sepenuhnya namun sedikit miring dengan rekahan-rekahan batu yang dapat membantu caver menuruninya (sebagai pijakan). Lorong ini berakhir di dasar (pitch) horizontal yang dapat memuat 10 orang. Dasar lorong itu bersambung dengan lorong utama menuju pitch 2 yang harus di turuni dengan kedalaman ± 15,3 m.

Lorong vertikal selanjutnya langsung menuju ke bawah, pada dindingnya ada celuwekan, sehingga tidak ada rekahan-rekahan batu seperti pada pitch 1. Lorong ini terlihat sangat gelap, lebar, dan lembab. Kira-kira kedalamanya mencapai 40 m sesuai sumber dari internet. Sehingga headlamp kami bahkan tidak mampu menjangkau dasar pitch 2, pun dinding gua depan kami. Untungnya, di atas kami dapat melihat pesona berupa stalaktit yang masih berkembang karena masih mengeluarkan air kapurnya. Lorong yang lebar dan gelap ini seolah seperti kubah raksasa menyeramkan di film-film horror.

Dasar pitch 2 ini tersusun atas bongkahan-bongkahan batu seukuran motor hingga sebesar truk. Wah wah wah. Kondisi di dasar sangat luas dan memiliki lorong-lorong yang berpotensi menyesatkan. Di pitch 2 ada 4 lorong, sehingga kami membawa lightstick/tali plastik untuk menandai setiap jalan yang kami lewati dan lorong-lorong yang kami pilih, agar kami selalu melewati jalan seperti sebelumnya. Ornamen di pitch 2 ini terdiri dari stalaktit-stalaktit hidup yang masih mengeluarkan air dan flowstone (batu air). Dari keempat lorong, kami memilih menelusuri lorong sebelah kanan, setelah kami menuruni pitch 2 (tanpa tahu arah karena tidak sempat mengeluarkan kompas).

Lorong pilihan ini berupa lorong horizontal, memiliki panjang ± 50 m. Setelah jarak tersebut terdapat genangan air. Di lorong yang berair ini terdapat banyak ornamen-ornamen yang patah. Lorong ini punya keistimewaan dengan kondisi dasar yang licin, berlumut, dan miskin rekahan sebagai pegangan ketika berajalan. Ornamen yang dapat di jumpai di lorong ini adalah flowstone, gourdyn (kelambu), dan canopy dalam ukuran raksasa (sebagian sudah mengkristal dan berkelap-kelip). Perjalanan hingga sore hari, sehingga kami dapat melihat makhluk lain yang juga tertarik pada Gua Luweng Jaran: sriti (terutama di pitch 1).

Selain kami, sebelumnya ada caver lain yang telah memasuki gua ini, bahkan ada tanda Pala dari Jepang. Dari kelelahan yang didapat dari jarak tempuh, tidak ada kekecewaan karena yang didapatkan melebihinya. Want to be inside again.

Nah seperti itulah sekelumit gambaran mengenai Gua Luweng Jaran. Masih banyak lorong-lorong penuh misteri yang perlu dijelajahi. Tapi para caver sudah mencukupkan tugasnya. Untuk orang-orang lain pastinya harus penasaran, karena ada hal di dalam gua yang membuat gua tersebut dilarang untuk didatangai selama beberapa waktu penelusuran. (W.E.S. dengan suntingan dhanzsity. Terima kasih untuk Mapala Jonggring Salaka UM Caving Division: A.S., A.X. dkk.)