Jalan masuk ke Luweng Jaran cukup sempit dengan suhu yang lembab, memiliki lebar ± 2 m dan panjang 14,2 m. Dari jalan masuk, kami langsung menuruni lorong vertikal dengan kedalaman 14,8 m. Bentuk lorong vertikal ini tidak lurus sepenuhnya namun sedikit miring dengan rekahan-rekahan batu yang dapat membantu caver menuruninya (sebagai pijakan). Lorong ini berakhir di dasar (pitch) horizontal yang dapat memuat 10 orang. Dasar lorong itu bersambung dengan lorong utama menuju pitch 2 yang harus di turuni dengan kedalaman ± 15,3 m.
Lorong vertikal selanjutnya langsung menuju ke bawah, pada dindingnya ada celuwekan, sehingga tidak ada rekahan-rekahan batu seperti pada pitch 1. Lorong ini terlihat sangat gelap, lebar, dan lembab. Kira-kira kedalamanya mencapai 40 m sesuai sumber dari internet. Sehingga headlamp kami bahkan tidak mampu menjangkau dasar pitch 2, pun dinding gua depan kami. Untungnya, di atas kami dapat melihat pesona berupa stalaktit yang masih berkembang karena masih mengeluarkan air kapurnya. Lorong yang lebar dan gelap ini seolah seperti kubah raksasa menyeramkan di film-film horror.
Dasar pitch 2 ini tersusun atas bongkahan-bongkahan batu seukuran motor hingga sebesar truk. Wah wah wah. Kondisi di dasar sangat luas dan memiliki lorong-lorong yang berpotensi menyesatkan. Di pitch 2 ada 4 lorong, sehingga kami membawa lightstick/tali plastik untuk menandai setiap jalan yang kami lewati dan lorong-lorong yang kami pilih, agar kami selalu melewati jalan seperti sebelumnya. Ornamen di pitch 2 ini terdiri dari stalaktit-stalaktit hidup yang masih mengeluarkan air dan flowstone (batu air). Dari keempat lorong, kami memilih menelusuri lorong sebelah kanan, setelah kami menuruni pitch 2 (tanpa tahu arah karena tidak sempat mengeluarkan kompas).
Lorong pilihan ini berupa lorong horizontal, memiliki panjang ± 50 m. Setelah jarak tersebut terdapat genangan air. Di lorong yang berair ini terdapat banyak ornamen-ornamen yang patah. Lorong ini punya keistimewaan dengan kondisi dasar yang licin, berlumut, dan miskin rekahan sebagai pegangan ketika berajalan. Ornamen yang dapat di jumpai di lorong ini adalah flowstone, gourdyn (kelambu), dan canopy dalam ukuran raksasa (sebagian sudah mengkristal dan berkelap-kelip). Perjalanan hingga sore hari, sehingga kami dapat melihat makhluk lain yang juga tertarik pada Gua Luweng Jaran: sriti (terutama di pitch 1).
Selain kami, sebelumnya ada caver lain yang telah memasuki gua ini, bahkan ada tanda Pala dari Jepang. Dari kelelahan yang didapat dari jarak tempuh, tidak ada kekecewaan karena yang didapatkan melebihinya. Want to be inside again.
Nah seperti itulah sekelumit gambaran mengenai Gua Luweng Jaran. Masih banyak lorong-lorong penuh misteri yang perlu dijelajahi. Tapi para caver sudah mencukupkan tugasnya. Untuk orang-orang lain pastinya harus penasaran, karena ada hal di dalam gua yang membuat gua tersebut dilarang untuk didatangai selama beberapa waktu penelusuran. (W.E.S. dengan suntingan dhanzsity. Terima kasih untuk Mapala Jonggring Salaka UM Caving Division: A.S., A.X. dkk.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar