“Dari pelarutan yang menetes-netes, stalagtit dan stalagmit basah menggantung tinggi hingga ujung kepala. Dan dua orang bernama Mbah Noyosemito dan Mbah Joyorejo—pada 1924—menemukan suara-suara ada di dalam sebuah gua.”
Sejak dibuka ulang pada Maret 1995 (oleh orang-orang bernama Wakino, Suramin, Paino RT, Suparni, Suyudi, Paino GR, Misno, dan Suyatno), pamor gua ini melejit seiring gema dan gaung suara di dalamnya. Para wisatawan baik local maupun tidak-lokal (maksudnya wisman, he he he) menjadi tertarik karena namanya, Goa Gong.
Ya, Gua Gong memiliki nama sesuai fungsi sekundernya, yaitu bisa ditabuh dan berbunyi seperti gong. Gua yang memiliki rute wisata ± 300 meter ini, memiliki beberapa tiang pipih yang bisa menghasilkan getaran hingga bunyi. Karena setiap tiang memiliki kepipihan yang berbeda, maka jika ada tiga tiang pipih berdekatan, bunyinya bisa menyerupai solmisasi tangga nada. Wah.
Gua ini masih aktif meneteskan – mengalirkan cairan berkapur yang pastinya akan membangun bentuk-bentuk tiang yang lebih atraktif dan menarik pada keempat ruangan utamanya. Kita lihatpat saja. Oh ya, di salah satu ruangan terdapat tulisan, Dilarang Masuk Ruangan Ini. Mungkin ada jalan menuju tempat lain di dalamnya.
Nah, bagi kalian parapenikmat seni alam, tinggal melaju saja ke Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan (Pasar Punung belok kiri, hehehe). Yah, kira-kira kurang dari 1 jam dari kota untuk sampai di gua ini. Cukup membayar Rp 4.000,00 untuk pengunjung dewasa. Oh ya, di sekitar kawasan terdapat Pasar Batu Akik khas, dan tentunya oleh-oleh terjangkau lainnya. Selamat mencoba!!! (dhanzsity)
2 komentar:
gonggonggong...............
kalau pengen pesen tema SONY ERICSSON, pesen ke aku aja ji...
KAbari temen-yemen yang lain ...
matur suwun...
Saiki? Telat....
Posting Komentar